Lakukan Apa Yang Kamu Ingin, Bukan Yang Orang Ingin
Malam ini saya bertemu dengan teman yang sudah mengatur waktu untuk bertemu sejak dari pagi tadi.. Bertemu di salah satu warung kopi tempat biasa kami bertemu, dimana tempat kami menyeruput segelas sanger panas sembari ngobrol ringan dan kadang juga berat tentang usaha ini dan itu.
Sudah satu tahun terakhir ini kami bersama menyatukan niat dan menjalankan beberapa usaha. Walaupun jika dihitung pendapatannya tidak sebanding dengan pengeluarannya. Tapi ya begitulah namanya usaha, selalu ada yang namanya kalah atau pun draw tapi lebih sedikit persentasi menangnya.
Teman saya ini begitu unik dan berbeda, kenapa ? ya, karena dia adalah seorang laki-laki lulusan D3 keperawatan dan telah memiliki Surat Tanda Register atau disingkat STR. Tidak mudah untuk mendapatkan STR ini, sebab harus melalui proses seleksi dan sudah pasti memerlukan waktu, biaya maupun kemampuan yang luar biasa. Maklum saja karena STR ini merupakan bukti tertulis yang diberikan oleh pemerintah kepada tenaga kesehatan yang telah memiliki kompetensi. Bagi tenaga kesehatan yang telah memiliki STR dapat melakukan aktivitas pelayanan kesehatan.
Berbeda dan uniknya teman saya ini bukan karena perawat atau STR nya akan tetapi karena ia tidak ingin sama sekali bekerja dalam bidang kesehatan. Suatu hal yang sungguh sangat tidak wajar dan luar biasa. Seseorang melakukan segala sesuatu bukan karena mau tapi terpaksa itu lah yang terpikir dibenak saya.
Benar saja apa yang terpikirkan oleh saya terjawab dari kata-kata terlontar sebagai jawaban atas pertanyaan saya. Ia mengatakan melakukan ini semua karena terpaksa, guna menyenangkan hati ibunya. Semua itu mau ibunya karena memang ibunya juga seorang PNS yang bekerja di salah satu Rumah Sakit terkemuka di Kota saya.
Ia turuti semua kemauan ibunya, walaupun sangat menentang keingiannya, dimana keinginannya sebenarnya menjadi pengusaha. Selama menjalani yang bukan jadi keinginannya membuat ia berat melangkah. Semua dilakukan hanya untuk menyenangkan si Ibu, tidak buatnya. Pada akhirnya semua yang diperjuangkan demi menyenangkan si Ibu tidak dilakukannya dengan sungguh-sungguh. Ia banyak menerima tawaran dari berbagai Rumah Sakit tapi satu pun tidak ada yang diterimanya.
Padahal semua menawarkan gaji cukup lumayan. Saat ini yang dilakukan adalah menetang semua keinginan si Ibu dengan menjadi pedagang kecil-kecilan sembako. Tetapi ia terlihat menikmatinya walaupun pendapatannya tidak sebesar menjadi seorang perawat.
Dari sini saya belajar bahwa menjalani segala sesuatu yang tidak kita sukai maka akan menjadi beban, tetapi menjalani segala sesuatu yang kita sukai akan menjadi nikmat.